YOHANNIS TRISFANT, MTH

Yakobus 1:2-4  Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,  (3)  sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.  (4)  Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Pendahuluan

Kalau saya katakan : pergi ke Bali itu menyenangkan dan membahagiakan maka banyak orang setuju. Kalau saya mengatakan bahwa sakit itu bahagia, bangkrut itu bahagia, maka pasti orang orang akan mengatakan kamu bercanda? 

Ketika Yakobus mengatakan anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, maka mungkin ada juga yang mengatakan : Yakobus , kamu serius dengan perkataanmu ini? Iya serius. Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan.

Menganggap pencobaan sebagai suatu kebahagiaan bukan berarti menyangkali bahwa kita sedang menderita. Ini bukan berarti ketika saya sedang sakit, saya mengatakan : saya tidak sakit. Saya bisa tetap kotbah, saya bisa jalan jalan liburan. Bukan seperti itu maksudnya.

Yakobus mengatakan anggaplah ,yang artinya adalah ia mendorong kita untuk memiliki pemahaman yang dalam akan apa yang sedang terjadi di dalam kehidupan kita.  Jangan hanya melihat bagian luar dari sebuah pencobaan saja.  Meskipun kita tidak merasa bahwa pencobaan itu sebagai suatu kebahaguaan, namun kita harus bisa menilai secara spiritual bahwa pencobaan itu sebagai suatu kebahagiaan.   Dengan kata lain, orang kristen harus bisa belajar untuk memandang pencobaan atau pencobaan dari “lensa” yang lain, dari sudut pandang yang berbeda. .Pencobaan dapat dipandang sebagai “Sang Guru yang Tersamar.”

Pencobaan itu seperti “pupuk” bagi jiwa, dan bukan “racun” bagi jiwa.  Pupuk di tangan seorang yang mementingkan sterilitas dan sanitasi tidak lebih dari kotoran hewan yang merugikan dan perlu disingkirkan. Namun pupuk yang sama, di tangan seorang tukang kebun, dapat memberi “makan” dan menyuburkan tanaman. Ini adalah soal perspektif dan cara menyikapi, sehingga membuahkan efek berbeda dari orang yang mengalami pencobaan.

Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan   apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan. Milikilah sudut pandang yang rohani terhadap pencobaan yang kita alami. Jangan memandangnya dari sudut pandang dunia, tetapi dari sudut pandang Alkitab.

Kebahagiaan yang seperti apakah yang kita akan miliki kalau jatuh ke dalam berbagai pencobaan? Kebahagiaan ini adalah kebahagaan yang tertinggi.  Arti dari kebahagiaan yang dalam bahasa Yunaninya adalah “Pasan Charan”  disini adalah sukacita yang murni, sebuah sukacita yang komplit dan tidak bercampur.  Ini bukan berarti bahwa orang kristen diperintahkan agar jangan sedih pada waktu menghadapi pencobaan, tetapi kita melihat ini sebagai sumber sukacita dan bukan sumber dukacita.

Pencobaan macam apakah yang kita anggap sebagai sebuah sukacita?

Berbagai bagai pencobaan ini adalah kemiskinan, yang memang sedang dialami oleh orang orang kristen pada waku itu. Surat Yakobus ini banyak menyinggung masalah kemiskinan dan kekayaan   (1:9-11; 2:1-7; 2:15-17; 4:13-5:11), 5:11), dan sebagaian besar dari pembacanya adalah orang orang miskin. Penyebab dari kemiskinan ini diungkapkan dalam Yakobus  2:6-7, yaitu karena penganiayaan. Orang orang kaya yang menghujat nama Yesus Kristus , mengeksploitas orang orang kristen dan menyeret mereka ke pengadilan. Dalam Yakobus  5:1-6, Yakobus mengutuk orang orang kaya yang menahan upah dari orang orang miskin. Kita bisa membayangkansebuah situasi dimana orang orang kaya Yahudi yang bertemu dengan orang orang  kristen yang setia dan kemudia menindas mereka dengan berbagai macam cara. Orang orang kristen ini juga miskin bukan hanya karena ditindas tetapi juga karena mereka sedang berada di perantauan. Berdagang atau bekerja di perantauan tidak lah mudah. Pencobaan yang mereka alami tentu saja bukan hanya masalah kemiskinan, tetapi juga penyakit, kesepian, kekecewaan, kehilangan. Pencobaan seperti inilah yang dimaksud oleh Yakobus ketika menasehatkan agar mereka menganggap sebagai suatu kebahagiaan kalau mereka berada dalam berbagai bagai pencobaan .  

Pencobaan pencobaan ini bisa terjadi secara mendadak, tak diangka sangka, sebab Yakobus mengatakan apabilakamu jatuh ke dalam pencobaan. Klau kita jatuh, terpeleset, jatuh dari motor, merupakan sesuatu yang mendadak, tidak disangka sangka.  Tiba tiba sakit , tiba tiba celaka, tiba tiba kedukaan, tiba tba bangkrut karena ditipu, motor tiba tiba hilang. Kalau jatuh ke dalam pencobaan  seperti itu, maka anggaplah sebagai suatu kebahagiaan.

Mengapa orang orang kristen dapat bereaksi demikian aneh dan tidak terduga seperti itu? Yakni meresponi pencobaan  dengan sukacita? Alasannya adalah karena kita tahu bahwa Allah memakai pencobaan  pencobaan  itu untuk menyempurnakan iman kita dan membuat kita menjadi orang kristen yang lebih kuat. Sikap terhadap pencobaan  yang seperti ini merupakan sikap standard dari orang orang kristen mula mula karena Paulus dan Petrus juga memberikan dorongan yang sama. Paulus berkata  dalam Rom 5:3-4  Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,  (4)  dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Petrus juga berkata : 1Pe 1:6-7  Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.  (7)  Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Yakobus mengatakan bahwa pencobaan itu sebagai ujian terhadap iman. Petrus mengatakan ini ujian terhadap kemurnian iman kita. Kesulitan hidup yang diijinkan oleh Allah bertujuan untuk memurnikan iman kita. Kita  dimasukkan ke dalam penderitaan sehingga semua ketidakmurnian  dibersihkan sehingga kita menjadi murni dihadapan Allah .

Ujian terhadap iman bukanlah sebagai sebuah testing apakah kita memiliki iman atau tidak memiliki iman. Ujian ini dimaksudkan untuk memurnikan iman yang sudah ada. Ujian menghasilkan pertama, ketekunan. Ketekunan itu digambarkan seperti seseorang yang berhasil membawa beban yang berat dalam waktu yang lama.  Perjanjian Baru berulang kali menekankan akan pentingnya orang orang kristen memiliki ketekunan ketika menghadapi kesulitan  (see, e.g., Luke 8:15; 2 Thess. 1:4; Rev. 2:2; 13:10).

Yakobus mengatakan bahwa pencobaan  dapat menghasilkan  ketekunan. Sama seperti otot yang menjadi kuat ketika terus menerus memikul beban beban berat, demikian  juga orang orang kristen yang setia kepada Allah walaupun menghadapi kesulitan yang panjang.

(4)  Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun

1:4 Ketika iman itu diuji, maka hasilnya adalah ketekunan. Tetapi walaupun ketekunan itu sangatlah bernilai, namun itu bukan tujuan akhir dari pencobaan . Yakobus mengatakan bahwa orang orang kristen harus membiarkan ketekunan itu memperoleh buah yang matang atau membiarkan ketekunan itu menyelesaikan pekerjaan  nya. Hasil dari ketekunan ini adalah orang kristen menjadi sempurna dan utuh dan tak kekuarangan suatu apapun.  . Perbedaan antara sempurna dan utuh tidak lah terlalu besar. Karena orang kristen yang sudah utuh atau komplit juga sempurna  dalam karakternya. Inilah yang menjadi tujuan yang tertinggi dari ujian iman yang kita alami.

Seorang pemuda kristiani menemui seorang jemaat yang lebih tua dan bertanya, “Bersediakah Anda berdoa supaya saya lebih sabar?” Lalu mereka pun berlutut bersama, dan pria itu mulai berdoa, “Tuhan, kirimkan kesulitan kepada anak muda ini di pagi hari; kirimkan padanya kesulitan di siang hari; kirimkan padanya ….” Sampai di sini, pemuda itu memotong, “Bukan, bukan kesulitan! Saya meminta kesabaran.” “Saya tahu,” jawab orang kristiani yang bijaksana itu, “tetapi melalui kesulitanlah kita belajar untuk bersabar.”

John A. Witmer menulis, “Hanya orang percaya yang telah menghadapi penderitaanlah yang mampu membangun ketegaran. Dan pada akhirnya juga membangun karakternya.”

Pencobaan, masalah masalah hidup akan membuat kita sempurna. Yakobus tidaklah mengatakan bahwa orang kristen sudah mencapai hal ini. Tetapi kita tidak boleh mengurang standard yang ditetapkan untuk kita, yakni sempurna dan utuh.  Tak ada satu pun yang tidak sempurna dan tidak utuh yang dapat memuaskan hati Allah sebab Dia sendiri adalah kudus dan benar sempurna yang terpisah dari dosa. Oleh karena itu kita mesti berusaha untuk mengejar mencapai kesmepurnan ini. Kita jangan menurunkan standard sempurna yang sudah Tuhan tetapkan untuk kita. Terkadang Tuhan memakai pencobaan untuk membuat kita menjadi sempurna dan utuh. Kalau saudara tidak mengalami pencobaan, tidak perlu cari cari masalah. Itu berarti Tuhan tahu bahwa saudara tidak perlu dibentuk melalui pencobaan. Tetapi kalau saudara hari ini sedang berada dalam pencobaan , janganlah berkecil hati. Anggaplah itu sebagai suatu kebahagiaan karena itu akan menyempurnakan saudara .

Ada orang orang kristen yang selalu merasa cemas, kuatir dengan hari esok. Hidup dipenuhi oleh kecemasan. Takut sakit ini, takut sakit itu, takut keluarga ada apa-apa. Takut bangkrut, takut celaka, takut naik pesawat. Pikirannya selalu dihantui oleh ketakutan-ketakutan. Belum mengalami pencobaan saja sudah ketakutan, apalagi kalau sudah mengalami pencobaan. Jikalau kita memahami teks firman Tuhan ini, bahwa pencobaan itu untuk menguji iman kita,  pencobaan itu baik untuk membuat kita menjadi sempurna dan utuh, , maka kita tidak akan takut lagi dengan pencobaan, kesulitan hidup. Kita akan bisa menjalani hidup ini dengan tenang karena kita memiliki sudut pandang yang menganggap sebagai suatu kebahagiaan ketika kita dicobai. Kita akan akan takut lagi dengan masalah masalah hidup karena penderitaan  orang kristen selalu dibawa kontrol dari Allah, dimana Allah selalu ingin memberikan yang terbaik bagi orang percaya.

YOHANNIS TRISFANT, MTH